Selasa, 13 Januari 2009

SIAPAKAH ORANG BATAK ? ( 3)


  1. Batak Toba (Tapanuli) : mendiami Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah mengunakan bahasa Batak Toba.
  2. Batak Simalungun : mendiami Kabupaten Simalungun, sebagian Deli Serdang, dan menggunakan bahasa Batak Simalungun.
  3. Batak Karo : mendiami Kabupaten Karo, Langkat dan sebagian Aceh dan menggunakan bahasa Batak Karo
  4. Batak Mandailing : mendiami Kabupaten Tapanuli Selatan, Wilayah Pakantan dan Muara Sipongi dan menggunakan bahasa Batak Mandailing
  5. Batak Pakpak : mendiami Kabupaten Dairi, dan Aceh Selatan dan menggunakan bahasa Pakpak.








Orang Batak terdiri dari 5 sub etnis yang secara geografis dibagi sbb:

Suku Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah Batak. Namun demikian, Ada yang berpendapat dan berkeyakinan bahwa etnis Batak bukan hanya 5, akan tetapi sesungguhnya ada 11 [sebelas], ke 6 etnis batak tersebut adalah : 1. Batak Pesisir, 2. Batak Angkola, 3. Batak Padang lawas, 4.Batak Melayu, 5.Batak Nias, 6.Batak Alas Gayo.

Sebelas dari sub etnis Batak adalah:

1- Batak TOBA ,di- Kab.Tapanuli Utara, Tengah, Selatan

2- Batak SIMALUNGUN,di- Kab.Simalungun,sebelah Timur danau Toba

3- Batak KARO,di- Kab Karo, Langkat dan sebagian Aceh

4- Batak PAKPAK [Dairi],di- Kab Dairi dan Aceh Selatan

5- Batak MANDAILING,di- Wilayah Pakantan dan Muara Sipongi

6- Batak PASISIR,di- Pantai Barat antara Natal dan Singkil

7- Batak ANGKOLA,di- Wilayah Sipirok dan P. Sidempuan

8- Batak PADANGLAWAS ,di- Wil. Sibuhuan, A.Godang, Rambe, Harahap

9- Batak MELAYU,di- WiL Pesisir Timur Melayu

10- Batak NIAS,di- Kab/Pulau Nias dan sekitarnya

11- Batak ALAS GAYO,di- Aceh Selatan,Tenggara, Tengah

Yang disebut wilayah Tanah Batak atau Tano Batak ialah daerah hunian sekeliling Danau Toba, Sumatera Utara. Seandainya tidak mengikuti pembagian daerah oleh Belanda [politik devide et impera] seperti sekarang, Tanah Batak konon masih sampai di Aceh Selatan dan Aceh Tenggara.

BATAK ALAS GAYO

Beberapa lema/dialek di daerah Alas dan Gayo sangat mirip dengan lemah bahasa Batak. Demikian juga nama Si Alas dan Si Gayo ada dalam legenda dan tarombo Batak. Dalam Tarombo Bona Laklak [tarombo pohon Beringin] yang dilukis cukup indah oleh L.Sitio [1921] nama Si Jau Nias, dan Si Ujung Aceh muncul setara nama Sorimangaraja atau Si Raja Batak I. Disusul kemudian hadirnya Si Gayo dan Si Alas setara dengan Si Raja Siak Dibanua yang memperanakkan Sorimangaraja, kakek dari Si Raja Batak.

BATAK PAKPAK

Sebagian kecil orang Pakpak enggan disebut sebagai orang Batak karena sebutan MPU Bada tidak berkaitan dengan kata OMPU Bada dalam bahasa Batak. Kata MPU menurut etnis Pakpak setara dengan kata MPU yang berasal dari gelar di Jawa [MPU Sendok, MPU Gandring]. Tetapi bahasa Pakpak sangat mirip dengan bahasa Batak, demikian juga falsafah hidupnya.

BATAK KARO

Sub etnis ini juga bersikukuh tidak mau disebut sebagai kelompok etnis Batak. Menurut Prof Dr. Henry G Tarigan [IKIP Negeri Bandung] sudah ada 84 sebutan nama marga orang Karo. Itu sebabnya, orang Karo tidak sepenuhnya berasal dari etnis Batak, karena adanya pendatang kemudian yang bergabung, misalnya marga Colia, Pelawi, Brahmana dsb. Selama ini di Tanah Karo dikenal adanya MERGA SILIMA [5 Marga].

BATAK NIAS

Suku Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah Batak, bukan dari Pusuk Buhit. Masuk akal karena secara geografis pulau Nias terleta agak terpencil di Samudera Indonesia, sebelah barat Sumatera Utara.Namun demikian, mereka mempunyai marga marga seperti halnya orang Batak.

Catatan:

Di antara masyarakat Batak ada yang mungkin setuju bahwa asal usul orang Batak dari negeri yang berbeda, tentu masih sangat masuk akal. Siapa yang bisa menyangkal bahwa Si Raja Batak, antara tahun 950-1250 Masehi muncul di Pusuk Buhit, adalah asli leluhur Orang Batak? Sejak jaman dahulu orang Batak memang perantau ulung. Di Sunatera Utara saja banyak orang Batak yang bermukim di daerah Asahan, Labuhan Batu Sumatera Utara, Dan yang lebih menyolok lagi adalah setelah Belanda membuka perkebunan-perkebunan di sumatera timur sedang di daerah Toba pada saat itu sangat kritis kondisi prekonomian. Mereka yang merantau kedaerah yang mayoritas memeluk Agama Islam banyak menghilangkan atau merobah marganya, karena daerah asalnya mayoritas memeluk keristen Seperti daerah Silindung dan Toba, contohnya: keturunan sibagot ni Pohan yang merantau ke Tapanuli selatan, mereka merobah marganya menjadi Marga Pohan sedang marganya di tempat asalnya adalah Siahaan, Simanjuntak atau Napitupulu dll, dan yang merantau kedaerah Asahan sama sekali mereka menyembunyikan marga mereka, dengan pertimbangan agar dapat diterima masyarakat setempat. Bahkan di daerah Langkat ditemukan penduduk bermarga seperti Gerning, Lambosa, Ujung Pinayungan, Berastempu,Sibayang, Kinayam, Merangin angin, dll yang konon merupakan kelompok marga Malau .Belakangan ini setelah berdirinya organisasi PBI ( Persatuan Batak Islam) secara lambat laun mereka menampakkan marga mereka.Untuk dapat Hidup apapun yang dilakukan bagi Orang Batak Perantau dimana Langit dijujung disitu adalah kampungnya, bagaimana cara akan dilakukan itulah tekad, mereka akan mudah beradaptasi.Pada zaman dahulu Agama monoteis agdalah agama yang tidak dikenal dan boleh dikatakan suatu hal yang baru. Yang menjadi pegangan bagi Orang Batak perantau pada masa itu adalah adat atau budaya jangan sampai hilang (mago)

Banyak literatur literatur tersimpan di Negeri Belanda yang mengungkap bagaimana sesungguhnya pluralisme di Nusantara. Namun dengan kacamata Nasional kita melihat bahwa Indonesia sangat kaya dengan adat dan budaya daerah, salah satunya adalah budaya Batak! Keaneka ragaman ini dipelajari oleh Belanda dengan cermat, sebagai alat melemahkan perjuangan dari kelompok suku atau etnis dan terakhir mengadu domba antar Agama dan antar suku. Ini dapat dilihat dengan membawa putra-putra suku bagian timur Indonesia yang beragama Kristen menyerang pejuang-pejuang bagian Barat Nusantara misalnya Aceh, Jawa dan sumatera, dan sebaliknya untuk melemahkan perjuangan orang-orang bagian timur mempergunakan putra-putra bagian Barat yang beragama Islam. Contoh yang nyata Untuk melemahkan perjuangan kaum Paderi Belandan mempergunakan putra-putra Batak sebagai pasukannya yang diperbantukan. Harus diakui keaneka ragaman mempunyai kelemahan sensitif akan suatu prinsip.

Dan yang harus diakui mengenai sejarah Suku Batak berbeda- beda disetiap Sub suku Batak, terutama dari sudut Mitosnya ataupun legenda-legendanya. Seperti di suku Batak simalungun, ada keyakinan dari orang simalungun bahwa mereka adalah keturunan Majapahit. Dan ada diantara suku Bangsa Batak, bahwa nenek moyang mereka mereka adalah dari India. Namun ini tidak perlu dipersoalkan yang benar adalah semua suku Batak berbudaya sama meskipun ada perbedaan disana sini, disebabkan perobahan jaman dengan masuknya agama-agama Monoteis kewilayah Batak. Dan hal itu sangat memungkinkan karena keberadaan Barus sebagai kota atau pelabuhan terbuka sejak zaman dahulu kala atau dengan kata lain sebelum masehi.

Perbedaan pandangan tentang Sejarah suku Batak menandakan keperdulian setiap orang Batak terhadap sukunya, dan ini adalah suatu kekayaan. Banyak Bukti-bukti sejarah yang membuktikan Barus sebagai wilayah kerajaan Batak menjadi persinggahan pedagang-pedagang baik dari Kerajaan-kerajaan di Nusantara maupun dari kerajaan-kerajaan dari luar untuk keperluan akan Damar atau Kapur Barus dan Kemenyan dan Hasil Bumi lainnya.

Kebesaran nama Barus mengundang dunia luar singgah, Bangsa Asing dari berbagai belahan bumi membuat suatu perobahan langsung atau tidak langsung bagi masyarakat sekitar Barus yang mayoritas suku Batak. Perobahan-perobahan tersebut berdampak positif bagai masyarakat Batak, baik dari segi pengetahuan tentang Alam, sosial dan Hukum.termasuk, tidak ketinggalan pedagang-pedagang dari India pada tahun 1088 berdasarkan Tiang bertulis dari Lobu tua dan juga pedagang dari Arab yang beragama Islam juga mengunjungi Barus untuk mendapatkan Damar. Jadi hampir boleh dikatakan Barus menjadi pusat budaya dan Agama.


Sejarah asal usul nenek moyang Si Raja Batak dari Pusuk Buhit