Jumat, 21 November 2008

Bab I. Sekilas sejarah Suku Batak (2)

Bab I.
Sekilas sejarah Suku Batak
Menurut kepercayaan Batak, Pusuk Buhit adalah asal muasal suku Batak, yang kemudian berpencara kesekitar nya hingga ke Aceh, karena tidak memiliki bukti sejarah secara ilmiah maka dianggap sebgai suatu mitos yang disampaikan secara turun temurun. Ada beberapa versi tentang keberadaan suku Batak: menurut
Cunningham dalam bukunya “The postwar migration of the toba bataks to east sumatra”, mengatakan bahwa perpindahan orang Batak bersamaan dengan gelombang perpindahan besar-besaran bangsa Melayu Tua pada sekitar tahun 2000 sebelum masehi.
Sedangkan menurut Harahap dalam bukunya “Perihal Bangsa Batak” mengatakan bahwa nenek moyang orang batak berasal dari utara, yang berpindah kekepulauan Filipina dan berpindah lagi kesulawesiselatan, mereka kemudian berlayar kearah barat versama angin timur di sumatera selatan, disekitar lampung , setelah menyelusuri pantai barat mereka mendarat dipelabuhan Barus sekarang, lalu pindah ke pedalaman dan menetap dikaki gunung Pusuk Buhit ditepi pulau samosir, yang dianggap sebagai tempay asal usul ketutunan Batak, versi lain dari Harhap juga mengatakan :bahwa nenekmoyangBatak berasal dari Hindia muka (india), pindah ke Burma, lalu turun ketanah genting kera di utara Malaysia, dari sana berlayar kearah barat dan mendarat disalah satu atau beberapa tempat dipantai timur sumatera Utara seperti Tanjung Balai dan Batubara, dikabupaten Asahan, serta Pangkalan brandan atau Kuala simpang dikabupaten Aceh Timur, dari tempat-tempat inilah mereka masuk kepedalaman disekitar danau toba, dan ada sebagian menuju Pelabuhan Deli, lalu menyusuri sungai wampu kearah hulu samapai kepegunungan Karo, dan dari sana turun kepinggiran Danau Toba . Dan sebagian berlayar dari Malak menyusuri pantai barat sumatera arah ke utara lalu mendarat di pantai Barus dan Sibolga serta Tapong kanan singkil di Aceh Barat, terus masuk kepedalaman kabupaten Dairi, dan perjalanan dilanjutkan hingga Pusuk Buhit lalu menetap disana.
Namun berdasarkan sejarah yang umun diketahui bahwa si Raja Batak dan rombongannya datang dari Hindia belakang, akibat imigran besar-besaran akibat gejolak di India,diimana kerajan dari utara menyerang kerajaan yang ada diselatan India, kerajaan-kerajaan yang ditundukkan mengungsi kewilayah asia tenggara, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 Km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang.Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.
Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama si Raja Buntal adalah generasi ke-20. Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus. Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.
Pengaruh Hindu terhadapa orang Batak sangat jelas kelihatan pada bentuk aksara Batak yang mirip tulisan Awalokitecwara (seperti aksara Jawa Hindu), dan juga mitos-mitos orang Batak.
Dengan memperhatikan tahun tahun dan kejadian di atas diperkirakan :
• Si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur danau Toba (Simalungun sekarang), dari selatan danau Toba (Portibi) atau dari barat danau Toba (Barus) yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang orang Tamil di Barus.
• Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, Si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya yang ditempatkan di Portibi, Padang Lawas dan sebelah timur Danau Toba (Simalungun)
Sebutan Raja kepada si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya. Demikian halnya keturunan si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan dsb, meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah. Selanjutnya menurut buku TAROMBO BORBOR MARSADA anak si Raja Batak ada 3 (tiga) orang yaitu : GURU TETEABULAN, RAJA ISUMBAON dan TOGA LAUT. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya Marga Marga Batak.
Bersambung..3)

Ada apa dengan Adat Batak (1)

Pendahuluan
Harian Kompas pada tanggal 19 Oktober 2000 dengan tulisan seorang warga negara dari salah satu tetangga dekat Sumatera bernama Prof.Bilver Sing yang menetap di Australia sebagai staff Pusat studi Pertahanan dan strategi di Australia National University mengatakan dengan tegas “bahwa ditinjau dari segi Politik, Hukum, Sosial dan Ekonomi dan Budaya sebenarnya negara Indonesia sudah hancur!”
Sungguh tepat apa yang dikatakan pepatah “Semut dipelopak mata tak nampak, Gajah diseberang lautan kelihatan. Apa yang terjadi diluar dari Nusantara sungguh cepat kelihatan dan diketahui bahkan di adopsi, sedangkan bagaimana dan apa yang terjadi di sekitar sendiri tidak diperdulikan, apakah baik atau buruk, turun atau naik, hilang atau berkembang ini tidak menjadi pusat perhatian putra-putra Indonesia yang berpendidikan, apakah dia jebolan universitas ternama di Indonesia atau produk university-university made in Amerika, Inggeris , Jerman, atau eropah lainnya. Yang jelas mereka tidak begitu berminat untuk pembenahan yang nuansa kemasyarakatan atau Budaya Tradisional, pada umumnya mereka berorientasi pada Kekayaan atau kemewahan.

Alangkah aibnya kita bangsa Indonesia dengan penilaian seorang Ilmuawan Asia, apakah pernyataan beliau sebagai tegoran kepada rekan-rekannya Ilmuawan atau sekedar sindiran bagi kaum intelektual Indonesia yang hanya dapat memandang Gajah diseberang lautan. Namu demikian masih cukup banyak anak bangsa Indonesia menyadari keadaan yang melanda bangsa ini.
Kalau ditinjau dari pokok penilaian Bilver yaitu “Politik,Hukum,sosial,ekonomi dan Budaya”, tidak lain menunjukkan kebobrokan Moral yang sangat pada Bangsa Indonesia, yang notabene berlandaskan Pancasila dan asas National spritual, dengan Agama Islam mayoritas diatas 80 0/0 dari jumlah penduduk Indonesia. Apa yang terjadi sebenarnya pada bangsa ini. Apakah masih kita tuding dengan Arus Globalisasi, apa dengan seiring dengan Eforia demokrasi dan reformasi muncul ekses negatif yang menyertainya antara lain kegiatan melecehkan Pancasila dan UUD 1945 baik berupa tulisan di koran-koran, maupun di seminar atau ceramah.Kalau itu masalahnya, maka sama dengan mencoba mengaburkan bahkan menghilangkan Jati diri Bangsa, yang juga merembes kesetiap sendi-sendi masyarakat Indonesia termasuk pada budaya suku-suku yang begitu banyak jumlahnya di bumi Nusantara.
Dan yang sangat memprihatinkan terjadinya gentok-gentokan bahkan mengorban-kan nyawa sesama suku tapi berbeda keyakinan, karena tidak menghayati makna budaya yang ditanamkam leluhur mereka. Yang sangat menonjol pada suku Batak khususnya dansuku-suku di sumatera umumnya adalah dapatnya rukun serta toleran dengan menetrapkan prinsip-prinsip budaya didalam bermasyarakat disetiap suku meskipun berbeda agama. Masalah yang pokok adalah harus kita menyadari dengan dasar apa terbentuknya Republik ini, meskipun pada saat pendeklarasian republik ini mayoritas beragama Islam namun dengan kesadaran yang tinggi para tokoh-tokoh Islam pada saat itu dapat menerima setiap usul kelompok-kelompok minoritas (Nasrani, maluku, Banten, Batak dan lain-lainnya). Oleh karena itu budaya pada setiap suku pada negara kita yang plurastik ini sebenarnya sangat berperan dalam membentuk moral dan kestabilan , disamping faktor-faktor lain.
Seiring dengan masalah itu, maka penyusun berpendapat perlu disusun kembali pada sebuah buku sebagai salah satu penuntun mencari dan mengembalikan Jati diri utamanya bagi suku Batak. Penilaian Bilver terhadap Indonesia, harus dapat menjadi pendorong pembenahan kembali bangsa ini, sebelum terlanjur Total kehancurannya. Tidak ada istilah terlambat, itulah prinsip penyusun Buku ini, atau lebih baik terlambat daripada masa bodoh. Meskipun penyusun tidak dilatar belakangi Ilmu khusus tentang Bataklogi, namun berlandaskan kesadaran dan keyakinan serta keprihatinan, penyusun mencoba mebolak balik lembaran-lembaran halaman Buku dari perpustakaan.
Tidak ada maksud penyusun untuk berpretensi menonjolkan diri ataupun pembenaran mutlak akan isi Buku ini, hanya ingin menggugah para intelektual yang berwawasan luas tentang ke Batakan mau menyisihkan sebagian waktunya menggali kembali jati diri bangsa khususnya Intelektual Batak yang cukup berprestasi. Tolong sapa dan ingatkan penyusun kalau ada kesalah disana sini tetapi jangan saya tegor karena elat dan late , ini bukan membangun, kalau tidak benar katakan dimana yang tidak benar dan tunjuki penyusun demi kebaikan bersama kita orang Batak . Tidak ada Gading yang tidak retak, tidak ada manusia yang lepas dari kesalahan dan kekhilafan atau dengan kata lai tidak ada manusia yang sempurna..
Kritik hanya bisa berlaku apabila ada objek yang dikritik. Jadi buku ini terbuka untuk dikritik demi kesempurnaan dalam rangka menemukan jati diri suku Batak.
Buku ini dimulai dengan sejarah Batak, dan sedikit silsilah Batak hingga empat genarasi, kemudian kepercayaan nenek moyang Batak, serta beberapa budaya Batak yang boleh dikatakan menonjol, dan bebarapa tata acara Adat lengkap dengan dialok-dialoknya.

Mauliate
Dari penyusun:

(TH.Pardede)

(BERSAMBUNG...2)

Kamis, 20 November 2008

RAPOT NI ANGKA BINATANG


Kisah ini adalah salah satu karya sastra lama yang dapat menghasilkan ciri-ciri khas kebudayaan daerah, yang meliputi pandangan hidup serta landasan falsafah yang mulia dan tinggi nilainya.
Sejalan dengan pertimbangan tersebut diatas, kami sajikan dalam tulisan ini suatu karya sastra Batak,dengan harapan untuk dapat menciptakan minat baca dan apresiasi masyarakat kita terhadap karya sastra umumnya dan menggugah generasi muda Batak mencintai karya sastra dan bahasa Batak, oleh karena itu akan disajikan dengan berbahasa Batak dan terjemahannya, dalam dua bagian Bagian I Rapot ni angka pidong (Musyawarah para unggas), Bagian II Rapot ni angka Binatang siopat pat ( Musyawarah para hewan berkaki empat).

RINGKAS CERITA:
Bagian I: Burung Patiaraja (sejenis burung Kecil) adalah burung yang merupakan raja dari segala unggas, wakilnya adalah burung "imbulu buntal".
Pada suatu hari "amporik' (burung pemakan padi) datang menghadap burung Patiaraja memohon agar dia dapat diangkat menjadi hakim penimbang dalam sidang-sidang.Adapun alasannya mengajukan permohonan itu adalah dia mengemukakan bahwa dia mempunyai kelebihan dari bangsa unggas lain, yaitu dia dapat memperalat manusia untuk menyediakan makanannya . Jika padi orang-orang sudah masak,yang pertama sekali menikmatinya adalah dia .Bagaimanapu kuasa dan kayanya seseorang pemilik padi tersebut bangsa unggaslah (amporik)yang selalu pertama kali memetik hasil jerih payah petani ini. Untuk mempertimbangkan permohonan amporik burung Patiaraja mengundang seluruh bangsa yang termasuk anggota kerajaannya untuk bersidang. Akan tetapi dalam sidang permohonan amporik mendapat tantangan dari para peserta sidang, sebab amporik adalah makhluk yang tidak tahu diri, amporik tidak menyadari bahwa bangsanya turun temurun hidup dan dibesarkan dari hasil perbuatan mencuri dan merampas harta milik orang. Tidak pantaslah seekor/pencuri dijadikan hakim penimbang. sebab seorang hakim adalah penegak keadilan dan kejujuran.
(bersambung ......)

You tube: "Batak Toba Dance"

Jumat, 14 November 2008

TAROMBO OMPU PANGUTANGAN PARDEDE


Tarombo Haji Abdul Halim Pardede, adalah keturunan Raja Toga Laut Pardede.
Raja Toga Laut Pardede adalah cucu paling bungsu Raja Bona Ni Onan dari anaknya Raja Paindoan (anak kedua.Sedangkan ompu Pangutangan adalah keturunan anak pertama dari Raja Toga Laut yaitu Hutur Balluk Pardede

Sabtu, 08 November 2008

Siapa Aku !



"Toga Laut Tawar" satu nama penginapan di kota Balige Kabupaten Tobasa, semasa Balige masih ibukota Kecamatan Balige, pada tahun 1955, Losmen Toga Laut Tawar didirikan oleh seorang tokoh Agama yang bernama Haji Abdul Halim Pardede alias Lobe Tinggi Pardede. Disamping beliau tokoh Agama di Balige dan Parapat juga sebagai tokoh Pejuang dan berdomisili di Parapat, Kabupaten Simalungun
Haji Abdul Halim Pardede sebagai tokoh Agama, sepulang naik haji dari Mekkah tahun 1950 beliau mendirikan Mesjid Pertama di Parapat, Beliau disemangati Bung Karno yang kebetulan sebagai tahanan Belanda di Parapat. Dengan dukungan Raja Tanah Jawa, Haji Abdul Halim Pardede mendapatkan sebidang tanah yang kemudian dijadikan tanah pemakaman didaerah Girsang.
Dikota Parapat membangun Restauran islam yang pertama, yang kemudian diikuti anak menantunya. Sebagai tokoh yang mendambakan Toleransi, baik etnis maupun Agama didaerah Tapanuli juga Simalungun, Haji Abdul Halim Pardede tidak pernah mengabaiklan setiap undangan pesta adat batak yang kebetulan mayoritas ber agama Nasrani, dan beliau selalu meladeni diskusi-diskusi Agama dan kepercayaan Parmalim. Karena kecintaannya akan budaya Batak, Beliau berniat berniat membangun sebuah Losmen ditempat kelahirannya kota Balige, maka pada tahun 1955 didrikannyalah sebuah bangunan bertingkat tiga ditepi Danau toba kota Balige, dimana pada saat itu bangunan tersebut sudah terbilang megah. Yang kemudian dinamai dengan Losmen "Toga Laut Tawar", atas saran isterinya yang bernama Siti Aminah br Hutagaol, Apa alasan membuat nama tersebuat pada bangunan itu? tidak jelas, apakah karena Haji Abdul Halim Pardede aliasa Lobe Tinggi Pardede adalah keturunan Raja Toga Laut, atau karena cucu pertamanya bernama Toga Pardede. Tetapi beliau membuat nama tersebut sangat mendasar dan beralasan karena beliau sangat mencintai tanah leluhurnya dan budaya/adat Batak.
Losmen "Toga Laut Tawar" kemudian diserahkan kepada anak pertamanya A.Pardede alias Ama Toga Pardede sebagai pengelolanya beristeri Siti Mariam br Simatupang alias Nan Toga br Simatupang. Dengan demikian Losmen "Toga Laut Tawar" adalah sebagai monumen keluarga Haji Abdul Halim Pardede alias Lobe Tinggi Pardede.
Keturunan Haji Abdul Halim Pardede telah menyebar kedelapan penjuru angin, di Amerika. Eropah Afrika , Australia,dan beberapa di asia
Terima kasih - Horasss!