Jumat, 21 November 2008

Ada apa dengan Adat Batak (1)

Pendahuluan
Harian Kompas pada tanggal 19 Oktober 2000 dengan tulisan seorang warga negara dari salah satu tetangga dekat Sumatera bernama Prof.Bilver Sing yang menetap di Australia sebagai staff Pusat studi Pertahanan dan strategi di Australia National University mengatakan dengan tegas “bahwa ditinjau dari segi Politik, Hukum, Sosial dan Ekonomi dan Budaya sebenarnya negara Indonesia sudah hancur!”
Sungguh tepat apa yang dikatakan pepatah “Semut dipelopak mata tak nampak, Gajah diseberang lautan kelihatan. Apa yang terjadi diluar dari Nusantara sungguh cepat kelihatan dan diketahui bahkan di adopsi, sedangkan bagaimana dan apa yang terjadi di sekitar sendiri tidak diperdulikan, apakah baik atau buruk, turun atau naik, hilang atau berkembang ini tidak menjadi pusat perhatian putra-putra Indonesia yang berpendidikan, apakah dia jebolan universitas ternama di Indonesia atau produk university-university made in Amerika, Inggeris , Jerman, atau eropah lainnya. Yang jelas mereka tidak begitu berminat untuk pembenahan yang nuansa kemasyarakatan atau Budaya Tradisional, pada umumnya mereka berorientasi pada Kekayaan atau kemewahan.

Alangkah aibnya kita bangsa Indonesia dengan penilaian seorang Ilmuawan Asia, apakah pernyataan beliau sebagai tegoran kepada rekan-rekannya Ilmuawan atau sekedar sindiran bagi kaum intelektual Indonesia yang hanya dapat memandang Gajah diseberang lautan. Namu demikian masih cukup banyak anak bangsa Indonesia menyadari keadaan yang melanda bangsa ini.
Kalau ditinjau dari pokok penilaian Bilver yaitu “Politik,Hukum,sosial,ekonomi dan Budaya”, tidak lain menunjukkan kebobrokan Moral yang sangat pada Bangsa Indonesia, yang notabene berlandaskan Pancasila dan asas National spritual, dengan Agama Islam mayoritas diatas 80 0/0 dari jumlah penduduk Indonesia. Apa yang terjadi sebenarnya pada bangsa ini. Apakah masih kita tuding dengan Arus Globalisasi, apa dengan seiring dengan Eforia demokrasi dan reformasi muncul ekses negatif yang menyertainya antara lain kegiatan melecehkan Pancasila dan UUD 1945 baik berupa tulisan di koran-koran, maupun di seminar atau ceramah.Kalau itu masalahnya, maka sama dengan mencoba mengaburkan bahkan menghilangkan Jati diri Bangsa, yang juga merembes kesetiap sendi-sendi masyarakat Indonesia termasuk pada budaya suku-suku yang begitu banyak jumlahnya di bumi Nusantara.
Dan yang sangat memprihatinkan terjadinya gentok-gentokan bahkan mengorban-kan nyawa sesama suku tapi berbeda keyakinan, karena tidak menghayati makna budaya yang ditanamkam leluhur mereka. Yang sangat menonjol pada suku Batak khususnya dansuku-suku di sumatera umumnya adalah dapatnya rukun serta toleran dengan menetrapkan prinsip-prinsip budaya didalam bermasyarakat disetiap suku meskipun berbeda agama. Masalah yang pokok adalah harus kita menyadari dengan dasar apa terbentuknya Republik ini, meskipun pada saat pendeklarasian republik ini mayoritas beragama Islam namun dengan kesadaran yang tinggi para tokoh-tokoh Islam pada saat itu dapat menerima setiap usul kelompok-kelompok minoritas (Nasrani, maluku, Banten, Batak dan lain-lainnya). Oleh karena itu budaya pada setiap suku pada negara kita yang plurastik ini sebenarnya sangat berperan dalam membentuk moral dan kestabilan , disamping faktor-faktor lain.
Seiring dengan masalah itu, maka penyusun berpendapat perlu disusun kembali pada sebuah buku sebagai salah satu penuntun mencari dan mengembalikan Jati diri utamanya bagi suku Batak. Penilaian Bilver terhadap Indonesia, harus dapat menjadi pendorong pembenahan kembali bangsa ini, sebelum terlanjur Total kehancurannya. Tidak ada istilah terlambat, itulah prinsip penyusun Buku ini, atau lebih baik terlambat daripada masa bodoh. Meskipun penyusun tidak dilatar belakangi Ilmu khusus tentang Bataklogi, namun berlandaskan kesadaran dan keyakinan serta keprihatinan, penyusun mencoba mebolak balik lembaran-lembaran halaman Buku dari perpustakaan.
Tidak ada maksud penyusun untuk berpretensi menonjolkan diri ataupun pembenaran mutlak akan isi Buku ini, hanya ingin menggugah para intelektual yang berwawasan luas tentang ke Batakan mau menyisihkan sebagian waktunya menggali kembali jati diri bangsa khususnya Intelektual Batak yang cukup berprestasi. Tolong sapa dan ingatkan penyusun kalau ada kesalah disana sini tetapi jangan saya tegor karena elat dan late , ini bukan membangun, kalau tidak benar katakan dimana yang tidak benar dan tunjuki penyusun demi kebaikan bersama kita orang Batak . Tidak ada Gading yang tidak retak, tidak ada manusia yang lepas dari kesalahan dan kekhilafan atau dengan kata lai tidak ada manusia yang sempurna..
Kritik hanya bisa berlaku apabila ada objek yang dikritik. Jadi buku ini terbuka untuk dikritik demi kesempurnaan dalam rangka menemukan jati diri suku Batak.
Buku ini dimulai dengan sejarah Batak, dan sedikit silsilah Batak hingga empat genarasi, kemudian kepercayaan nenek moyang Batak, serta beberapa budaya Batak yang boleh dikatakan menonjol, dan bebarapa tata acara Adat lengkap dengan dialok-dialoknya.

Mauliate
Dari penyusun:

(TH.Pardede)

(BERSAMBUNG...2)

Tidak ada komentar: